Kata Pinjaman Bahasa Indonesia: Menjelajahi Akar Bahasa yang Sangat Dinamis

Dengan berbagai pengaruh mulai dari Bahasa Portugis, Belanda, dialek Melayu, Inggris modern dan beberapa lainnya, Bahasa Indonesia memiliki sejarah yang unik dan dinamis.

The Portuguese Eastern empire in 16th and 17th centuries with its capital in Goa, in all the Asian Subcontinents, East Africa, and in the Pacific.

The Portuguese Eastern empire in 16th and 17th centuries with its capital in Goa, in all the Asian Subcontinents, East Africa, and in the Pacific. Source: Wikimedia Commons/Câmara/Public domain

 adalah inisiatif SBS Radio untuk mendorong dan merayakan kecintaan  belajar bahasa di Australia. Kunjungi  untuk mengikutinya.

Bahasa Indonesia berbagi sebagian besar kosa katanya dengan bahasa lain dari seluruh dunia dan juga dari wilayah-wilayahnya. Penutur Bahasa Portugis atau Belanda akan menyadari kata-kata yang hampir identik dalam bahasa tersebut, sementara penutur Bahasa Melayu di wilayah Asia Selatan dan Tenggara sangat menyadari kesamaannya.

Seiring dengan penyerapan kata-kata Bahasa Inggris modern, Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang sangat dinamis yang terdiri dari pengaruh kuno, kolonial dan modern, yang masih terus berkembang dan berubah saat ini.

Apakah kata-kata ini 'dipinjam' atau 'diserap'?

Dwi Noverini Djenar, Associate Professor dan Kepala Departemen Studi Indonesia di University of Sydney mengatakan bahwa Bahasa Indonesia yang kita kenal saat ini berakar pada Bahasa Melayu, yang juga dipakai di Malaysia, Sri Lanka dan Selatan Thailand.

"Bahasa Indonesia itu nama baru yang diberikan untuk bahasa yang sama dengan bahasa Melayu, dan nama baru itu mulai dipakai tahun 1928 untuk keperluan pembentukan bangsa yang baru," ujarnya.

Uniknya, Djenar mengatakan bahwa tidak ada inti, atau Bahasa Melayu yang 'asli', karena bahasa itu secara historis digunakan dalam berbagai dialek di seluruh kawasan tersebut.

"Bahasa Melayu yang asli betul-betul murni itu sebenarnya tidak ada, dalam artian bahwa yang asli, yang tidak bercampur apapun itu adalah sebuah rekonstruksi abstrak yang diciptakan oleh ilmuwan-ilmuwan untuk mencoba mengerti apa sih sebetulnya yang paling asli dari berbagai dialek, berbagai ragam bahasa Melayu ini."
Ms Djenar mengatakan bahwa selain berakar pada Bahasa Melayu, Bahasa Indonesia juga memiliki kecenderungan kuat untuk 'meminjam' kata-kata dari bahasa lain, dan kemudian menyerap kata-kata itu menjadi kosa katanya.

"Pertama-tama kata itu kita pinjam, kemudian kita adaptasi," ujarnya. "Entah pengucapannya, entah pemakaiannya itu disesuaikan dengan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia. Dari situ kemudian berkembang menjadi yang namanya kata serapan." 

Djenar mengatakan bahwa proses penyerapan bahasa tidak hanya melalui proses kolonial tetapi juga interkultural.
Afonso de Albuquerque
"Portrait of Afonso de Albuquerque, Viceroy of Portuguese India" (after 1545), by Unknown. At the National Museum of Ancient Art, Lisbon. Source: Wikimedia Commons/Palácio do Correio Velho/Public domain
Oleh karenanya, Bahasa Indonesia juga berbagi banyak kata dengan Bahasa Portugis, seperti dalam video di atas, dan beberapa lainnya seperti:

  • Palsu (Bahasa Indonesia)/Falso (Bahasa Portugis), (Bahasa Inggris: False)
  • Perangko/Pranco (Stamps)
  • Pigura/Figura (Frame)
  • Pesta/Festa (Party)
  • Terigu/Trigo (Flour)
  • Cerutu/Charuto (Cigar)

Bagaimana kita tahu bahwa kata itu pinjaman?

Novi Djenar mengatakan akan sulit bagi si penutur asli untuk mengenali bahwa kata-kata yang digunakannya sebenarnya berasal dari bahasa lain. 

"Kalau seseorang punya akses terhadap bahasa lain [dalam arti] pernah mendengar kata itu dalam bahasa lain mungkin ia akan menghubungkannya sendiri," ungkapnya.

Penyerapan kata-kata dari bahasa lain juga merupakan proses alami yang didorong oleh aspek komunikasi dari si penutur.

"Penutur itu meminjam kata-kata sesuai dengan yang dia butuhkan. Bukan hanya untuk hal-hal praktis, tetapi juga hal-hal yang berhubungan dengan sosial, interaksi, maupun dengan status.. keagamaan, spiritual," jelasnya, menambahkan bahwa bahasa kuno Sansekerta banyak diserap dalam Bahasa Indonesia untuk keperluan spiritual dan kemuliaan seperti misalnya Pancasila, yang menjadi nama dasar negara Indonesia.

Kata-kata pinjaman pun dapat berubah dari waktu ke waktu.

"Kalau sebelumnya kan kita banyak memiliki kata-kata serapan dari Bahasa Belanda, tapi sekarang yang paling banyak adalah dari Bahasa Inggris," ujar Djenar. "Hal ini tentu terjadi karena konsep-konsep modern yang berhubungan dengan argumentasi datang dari Bahasa Inggris."

Contohnya termasuk kata 'furnitur', secara harafiah 'furniture' dalam Bahasa Inggris, yang sebelumnya berasal dari kata Belanda 'meubel', atau 'praoto' yang berasal dari Bahasa Belanda yang sekarang jarang digunakan, dan telah digantikan oleh 'truk' dari 'truck' dalam Bahasa Inggris.

Djenar menyebut bahwa diantara berbagai kata bahasa lain yang dipinjam oleh Bahasa Indonesia, pengaruh yang paling banyak berasal dari Bahasa Sansekerta, Arab, Hokian, Portugis, Belanda, Inggris, Perancis, serta beberapa dialek lokal seperti Jawa dan Papua.

SBS Radio mempersembahkan  untuk mendorong dan merayakan kecintaan terhadap belajar bahasa di Australia. Ceritakan bagaimana mempelajari bahasa membuat perbedaan bagi Anda dan MENANG! Kami memanggil pelajar bahasa dari segala usia untuk mengikuti kompetisi ini, termasuk bagi yang belajar bahasa Inggris serta bahasa Aborigin dan Kepulauan Selat Torres.

Share
Published 18 September 2019 11:41am
Updated 18 September 2019 11:45am
By Tia Ardha


Share this with family and friends